Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al Alawy
Beliau merupakan salah satu bintang penerang di kota Bunga, Malang, Jawa Timur, beliau seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian dan keistimewaan ilmunya. Keistimewaan Habib Abdul Qadir adalah beliau ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra). Dalam bidang hadits memiliki penguasan dalam bidang riwayat maupun dirayah dan hafal ribuan hadits beserta sanadnya. Di samping itu, beliau banyak mendapat hadits Al-Musalsal, yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW yang diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits) dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.
Masjid Putih
Di Malang, ada sebuah masjid yang disebut-sebut mirip dengan bangunan Taj Mahal di India. Ketenaran masjid ini bahkan sudah tersebar ke media sosial sejak belum selesai dibangun. Mulai dibangun pada 2013, Masjid Salman Al Farisi selesai dikerjakan sekitar pertengahan 2017 lalu. Masjid ini terletak di Dusun Karangampel, Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dibangun di atas lahan seluas 1,8 hektare, luas bangunan masjid ini sekitar 1600 m2. Letaknya cukup berjarak dengan permukiman warga. Jarak antara masjid dengan permukiman warga terdekat sekitar 100-200 meter. Lokasi ini sengaja dipilih karena suatu hal. Setahun setelah berdirinya Masjid Salman Al Farisi dibangunlah pondok pesantren di area itu. Pilihan untuk menciptakan jarak antara kawasan masjid dengan permukiman warga bertujuan supaya para santri lebih fokus dalam menjalani pendidikan pesantrennya.
Sejarah Makam Mbah Pathok, Songgoriti Malang Batu
Punden Mbah Patok alias Empu Supo terletak Jalan Arumdalu Permai, Songgoriti. Juga terkenal sebagai Mbah Patok. Karena dulu hanya ada dua batu nisan yang tampak seperti pasak. Saat mendatangi makam Ki Ageng Puspo kawasan Songgoriti Kota Batu. Makam itu cukup bagus dan terawat seperti makam pemuka agama Islam, makam ini trerletak dalam sebuah bangunan. Mbah Pathok makamkan bangunan yang mirip rumah bercat kuning, kondisinya sangat bersih, terlihat selalu terawat secara rutin. Ki Ageng Puspo datang kedaerah Batu sekitar abad ke 18. Luas Punden Mbah Patok alias Empu Supo kurang lebih 72 meter persegi. Bagian pertama untuk menampung para tamu. Tempat kedua adalah makam Mbah Patok. tersusun rapi pagar dengan jeruji besi seluas 4×3 meter. Karpet mengelilingi kuburan. Kapasitas pengunjung hanya untuk 6 orang.Di luar pagar, dapat menampung hingga 15 orang. Makam Mbah Pathok memiliki seorang juru kunci bernama Supardi, yang merupakan keturunan dari tujuh penjaga makam. Ayahnya, Harjo, juga menjadi pengelola makam. yakini bahwa Empu Supo-lah yang membangun Candi Songgoriti. Empu Supo juga terkenal sebagai pembuat keri dengan kekuatan yang luar biasa.Empu Supo adalah kakek dari Empu Gandring, pencipta Naga Puspa dan juga pencipta Ken Aroks Keris. Salah satu peninggalan tersebut adalah air panas alami kawasan Candi Songgoriti. Dikatakan bahwa Empu Supo membuat keris hanya dengan satu alas. Sebagai langkah terakhir, peninggalan itu dicelupkan ke dalam sumber air untuk mendinginkan besi yang ada di keris. aroma keris besi masih terkait dengan bau air panas di candi Supo.Asal usul Empu Supo berawal dari zaman pertama kerajaan Jawa kuno hingga zaman Majapahit. Kiprahnya bidang keris semakin surut sejak banyak etnis Tionghoa masuk ke Jawa untuk berdagang.
San Terra De Laponte
San Terra De Laponte menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bersama keluarga atau sahabat ketika berada di Malang. San Terra De Laponte merupakan flora wisata yang menyuguhkan pemandangan indah berbagai macam jenis bunga dipadukan properti warna-warni untuk berfoto ria. Flora wisata Santerra De La Ponte berlokasi di Jalan Raya Mada, Pujon, Malang, Jawa Timur. Tempat wisata ini dapat dikunjungi dengan harga tiket yang cukup ramah kantong. Kisah Pilu Sum Kuning Pelakunya Belum Ditemukan Sampai Sekarang, Tak Kalah Sadis dari Junko Furuta di Jepang. Harga tiket masuk Santerra De La Ponte yakni Rp25.000 di hari kerja dan Rp30.000 saat akhir pekan. Tempat wisata ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Tempat wisata di Malang ini sangat cocok dikunjungi oleh para pecinta bunga dan fotografi karena memiliki spot foto ala-ala Jepang hingga Belanda. Bahkan, flora wisata Santerra De La Ponte juga menyediakan penyewaan pakaian Hanbok ala-ala Korea serta beragam wahana dan permainan. Adapula tempat foto yang memiliki efek 360 derajat serta disediakan fasilitas VR untuk menyempurnakan hasil jepretan.
Makam Mbah Wastu, Sosok Legenda Babat Alas Kota Batu
Makam Mbah Wastu atau Mbah Mbatu, terletak di Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, tak pernah sepi pengunjung. Pada hari tertentu, selalu saja ada orang yang datang untuk berziarah di makam ini. Mbah Batu sendiri adalah sosok leluhur atau tokoh babat alas yang dihormati. Dari cerita yang beredar, nama aslinya Dewi Condro Asmoro atau dipanggil Mbah Wastu atau Mbah Tuwo. Seiring waktu pelafalan nama itu mengalami penyingkatan menjadi Mbah Tu. Penyingkatan nama panggilan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal penamaan Kota Batu. Latar belakang sejarah inilah yang kemudian makam ini dianggap memiliki kekuatan magis tersendiri. Tak sedikit, masyarakat baik dari Kota Batu maupun dari luar kota selalu ziarah ke makam ini meminta doa restu keselamatan hingga riyadoh. ”Orang ziarah ke sini tujuannya macam-macam. Ada yang ziarah saja, ada yang meminta doa, ada juga yang pamitan mohon keselamatan sebelum melakukan perjalanan. Kalau saya, niatnya riyadoh (mendekatkan diri pada tuhan, red),” tutur Wahyudi (44), salah satu pegiat spiritual di sana. Pria asal Singosari ini mengaku sering menginap di kompleks makam ini sudah sejak akhir 2021 lalu. Sehari-hari, Wahyu mengisi kegiatan di sana dengan beribadah dan berdiskusi dengan sesama peziarah. ”Ini karena saya dapat dawuh dari guru-guru saya,” tuturnya. Selain Wahyu, ada juga peziarah lain yang datang dengan tujuan berbeda. Hingga saat ini, kompleks makam Mbah Wastu ditetapkan menjadi situs resmi wisata religi bersejarah di Kota Apel ini. Bahkan, pejabat-pejabat di Kota Batu juga selalu berziarah pada momen peringatan hari jadi Kota Batu setiap 17 Oktober. Meski raganya sudah menghilang, Mbah Batu tetap dipercaya menjaga wilayah Kota Batu. ”Beliau itu tokoh yang menyebarkan agama islam di berbagai daerah termasuk di sini, di Kota Batu bahkan sampai akhir hayatnya juga di sini,” jelas Kepala Desa Bumiaji, Edy Suyanto. Dari sejarah lisan yang beredar, Mbah Wastu disebut sebagai tokoh bedah kerawang atau babat alas (pendiri, red) wilayah yang berada di lereng Gunung Arjuno dan Panderman ini. Bicara sosok Mbah Wastu sendiri adalah murid dari Pangeran Rojoyo yang adalah anak dari Sunan Kadilangu, cicit dari Sunan Kalijogo. Kehadiran Mbah Wastu sampai di sini karena sedang melarikan diri dari kejaran tentara Belanda. Sesampainya disini, beliau mendirikan padepokan di kaki Gunung Panderman dan mengajarkan berbagai ilmu agama Islam kepada masyarakat. Untuk mengecoh Belanda, beliau yang juga dijuluki Syekh Abul Ghonaim ini punya nama lain yakni Kiai Gubuk Angin atau Mbah Wastu, yang kemudian disingkat jadi Mbah Tu. Mbah Wastu sendiri terus mengajarkan berbagai ilmu dan syiar agama Islam di Batu dan wilayah sekitarnya hingga meninggal di tahun 1847. Selain Mbah Wastu, di kompleks makam seluas 500 m² ini juga terdapat makam 3 tokoh lain yakni Pangeran Rojoyo, Dewi Mutmainah dan Kyai Naim.
Oleh-oleh Khas Batu
Salah satu hal yang wajib dilakulan kala sedang berlibur adalah berburu oleh-oleh. Tak sedikit dari masyarakat yang menyiapkan budget khusus hanya untuk memburu oleh-oleh ketika mengunjungi suatu tempat. Tak terkecuali ketika wisatawan berkunjung ke Malang Raya. Cukup banyak tempat yang bisa menjadi tujuan wisatawan berburu oleh-oleh. Istana oleh-oleh Brawijaya terletak di Jl Diponegoro, No 86, Sisir, Kota Batu. Terdiri dari bangunan tiga lantai membiat Istana oleh-oleh Brawijaya terhitung cukup lengkap. Lokasinya sangat mudah ditemukan lantaran terletak di jalur utama Kota Batu yang mengarah ke Kediri. Wisatawan bisa mendapatkan pilihan cukup banyak varian mulai dari makanan khas Batu dan Malang, buah Apel, hingga suvenir untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau. Istana oleh-oleh Brawijaya sendiri buka mulai pukul 07.00-21.00 WIB setiap hari.
Pasar Wisata Cheng Hoo
Sempat mati suri di awal pandemi, kondisi Pasar Wisata Cheng Hoo Pandaan kembali menggeliat. Saat akhir pekan, pasar wisata setempat kembali dipenuhi pengunjung. Hal itu seperti yang terpantau kemarin. Sejumlah kios di pasar wisata setempat dipenuhi pengunjung. “Peningkatan pengunjung terpantau selama dua pekan terakhir ini. Terutama saat Sabtu dan Minggu atau weekend. Terutama saat sore hingga malam hari,” ujar Siswoyo, penjual rawon yang menempati kios mamin di pasar wisata setempat. Jumlah kios yang sudah buka normal pun lumayan banyak. Sebelumnya, hanya beberapa kios yang buka lantaran merebaknya pandemi korona.
Tujuan
– Syech Abdul Qodir Bifaqih
– Masjid Putih
– Ki Ageng Puspo Patok
– Santerra De Laponte
– Mbah Mbatu
– Oleh-oleh Khas Batu
– Pasar Wisata Cheng-Ho
Fasilitas
– Bus Pariwisata
– Audio Musik Karaoke
– Tiket Masuk Wisata
– Tour Leader
– Video & Foto Dokumentasi
– Banner Trip Wisata
– Dll
Meeting Point :
Lamongan
Grisik
Surabaya
Bungurasih
Jalur jalan yang dilalui
Setia Abadi Tour & Travel
Jl. Simo Sidomulyo 4 No.9A, Surabaya, Jawa Timur 60252
Website : www.setia-abadi.com
Instagram : @setiaabaditrip
Facebook : setiaabaditrip
WhatsApp : 085733311117
Kunjungi Kami:
wisata malang